Minggu, 08 Juni 2014

Efek Compton



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20, semakin jelas bahwa fisika (konsep-konsep fisika) memerlukan revisi dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan semakin banyaknya hasil-hasil eksperimen dan gejala-gejala fisika yang teramati yang tidak bisa dijelaskan dengan konsep-konsep fisika yang telah dikuasai pada saat itu (fisika klasik), sekalipun dengan pendekatan.
Masalah-masalah yang dimaksud diatas muncul terutama pada objek-objek fisis yang berukuran kecil (mikroskopik, atomistic), seperti partikel-partikel elementer dan atom serta interaksinya dengan radiasi atau medan elektromagnetik. “perbedaan-perbedaan” dalam eksperimen fisika mula-mula dapat diatasi dengan postulat-postulat dan hipotesis-hipotesis. Namun karena jumlahnya semakin banyak dan persoalannya dipandang mendasar, menuntut dan mendorong fisikawan untuk melakukan penyempurnaan, dan bila perlu perubahan pada formulasi dan konsep-konsep fisika. Hasilnya adalah konsep yang dinamakan “Fisika Kuantum”.
Oleh karena itu, penulis tertarik menyusun makalah ini dengan meyajikan salah satu fenomena eksperimental yang melatarbelakangi lahirnya mekanika kuantum. Adapun formulasi judul dari makah ini adalah “Efek Compton”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana peristiwa terjadinya efek Compton?

1.3    Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini adalah
1.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang Efek Compton

1.4    Manfaat
Diharapkan makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut
1.      Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan fisika tentang efek Compton.
2.      Dapat digunakan sebagai pegangan atau sumber belajar.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Efek Compton
Interpretasi gelombang memprediksi bahwa ketika terjadi reaksi elektromagnetik dari sebuah partikel bermuatan, maka radiasi yang dipancarkan tersebut akan memiliki frekuensi yang sama dengan radiasi yang datang dari segala penjuru.
Pada tahun 1922, Arthur H. Compton menunjukkan bahwa jika interpretasi kuantum dari radiasi elektromagnetik diterima, maka radiasi yang dihamburkan akan memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada radiasi datang dan juga bergantung pada sudut hamburnya.
Analisis Compton, sebagai akibatnya, menyertakan tampilan hamburan radiasi elektromagnetik dari partikel bermuatan sebagai sebuah peristiwa tumbukan sempurna antara foton dan partikel bermuatan bebas atau sebuah electron yang dianggap diam.
Secara skematik percobaan Compton digambarkan di bawah ini:
   Radiasi yang dikenakan pada lempeng logam berinteraksi dengan electron bebas dalam logam (tidak selalu menimbulkan efek fotolistrik walaupun tenaganya cukup). Interaksi abtara radiasi dengan electron bebas dalam logam berperilaku seperti tumbukan elastis antara dua partikel. Mekanisme hamburan radiasi (kemudian disebut hamburan Compton atau efek Compton) tersebut diatas dapat dijelaskan dengan memberlakukan hokum kekekalan energy dan momentum linear secara relativistic.
Pada keadaan awal, foton memiliki energy E yang diberikan oleh
.......................................................... (1)
Dan momentumnya adalah
..................................................................... (2)
Electron pada keadaan diam, memiliki energy diam mec2. Setelah hamburan foton memiliki energy Eʹ dan momentumnya Pʹ dan bergerak pada arah yang membuat sudut θ terhadap arah foton datang. Electron memiliki energy total Ee dan momentum Pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut ϕ terhadap foton datang. (Agar analisisnya mencakup pula foton dating berenergi tinggi yang memberikan energy sangat besar pada electron yang menghamburkan maka kita membuat kinematika relativistic bagi electron). Dalam interaksi ini berlaku persyaratan kekekalan energy dan momentum, yakni:
........................................... (3a)
Pada sumbu X :
....................................... (3b)

Pada sumbu Y:
......................................... (3c)
Kita mempunyai tiga persamaan dengan empat besaran tidak diketahui (θ, ϕ, Ee, Eʹ; pedan pʹ saling bergantungan) yang tidak dapat dipecahkan untuk memperoleh jawaban tunggal. Tetapi kita dapat menghilangkan (eliminasikan) dua dari empat besaran ini dengan memecahkan persamaannya secara serempak. Jika kita memilih untuk mengukur energy dan arah foton hambur, maka kita menghilangkan Ee dan ϕ. Sudut ϕ dihilangkan dengan menggabungkan persamaan-persamaan momentum:
Kedua persamaan diatas dikuadratkan maka diperoleh:
Kemudian kedua persamaan diatas dijumlahkan, maka diperoleh:

................................. (4)
Dimana kita ketahui bahwa hukum kekekalan energy:
.......................................................... (5)
Dimana:  E = p . c sehingga diperoleh:
 atau .................... (6)
Dari persamaan energy dan momentum relativistic diperoleh:
............................................ (7)
Dari persamaan (5) diperoleh Eʹ = E + Ke, maka :
....................................................... (8)
Persamaan diatas disubstitusi ke persamaan (7), maka diperoleh:
.......................................... (9)
Sedangkan Ke = c (p – p’) maka diperoleh:
............... (10)
Subs ke persamaan (4) :
Maka hasilnya diperoleh:

.............................. (11)
Kemudian persamaan diatas dibagi dengan  maka diperoleh:
Dimana   maka diperoleh:
........................................ (12)
Dimana λ = panjang gelombang foton dating (m) dan λ’ = panjang gelombang foton hambur. Besaran h/mec dikenal sebagai panjang gelombang Compton dari electron yang memiliki nilai 0,002426 nm; namun perlu diingat bahwa ini bukanlah suatu panjang gelombang dalam arti sebenarnya, melainkan semata-mata suatu perubahan panjang gelombang.
Sehingga panjang gelombang Compton dirumuskan menjadi   dengan λc = 2,426 x 10-12 m dengan 2,426 pm (1 pm = 10-12) kemudian disubstitusikan pada persamaan (12) maka diperoleh:
          Ternyata bahwa hasil analisa mengenai perubahan panjang gelombang memberikan ramalan yang sesuai dengan hasil eksperimental. Penjelasan tentang efek Compton diberikan oleh Compton pada tahun 1922 dalam naskah karya ilmiahnya yang berjudul “ A Quantum Theory of Scattering of X-Rays by Light Elements”.







BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori yang sekarang pada dasarnya bertopang pada pengandaian bahwa setiap electron yang berperan dalam proses ini, menghambur suatu kuantum cahaya yang utuh (foton). Teori ini juga berlandaskan hipotesa bahwa kuantum-kuantum cahaya datang dari berbagai arah tertentu dan dihamburkan dalam arah-arah tertentu (teratur). Hasil eksperimen yang dilakukan untuk menyelidiki teori tersebut dengan sangat meyakinkan telah menunjukkan bahwa radiasi kuantum (foton) kecuali membawa energy juga memiliki momentum linier.
Dengan demikian maka cahaya yang dalam teori klasik merupakan gelombang, dalam fisika modern harus juga dianggap sebagai partikel. Sifat dari partikel cahaya ini adalah sebagai berikut:
1.      Bergerak dengan kecepatan cahaya, dan dalam geraknya menempati bagian yang sangat terbatas dalam ruang.
2.      Memiliki energy total sebesar E= h ѵ, dimana ѵ adalah frekuensi cahaya.
3.      Memiliki massa diam m0 = 0
4.      Memiliki momentum linier p = E/c
5.      Dalam perwujudannya sebagai partikel (foton) mengikuti kaidah dan hukum mekanika relativistic.
3.2 Saran
          Dengan makalah yang kami susun ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa fisika khususnya dan masyarakat pada umumnya.

“Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah di Asrama Putra Nusantara II Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo”.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Gorontalo merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah. Beberapa titik di Kota Gorontalo seperti Limboto (di danau Limboto terjadi pencemaran air akibat sampah) telah membuktikan bahwa fenomena sampah di negeri ini sukar untuk di hilangkan. Selain itu ada juga bukti nyata lain yaitu sampah yang terdapat pada asrama putra nusantara II, kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama kalau saja setiap orang sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari sampah ini. Perlu diketahui juga bahwa sampah ini ada dua jenis yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami. Sekarang pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Dan hal inilah yang melatar belakangi kami menulis makalah bertemakan Masalah Pencemaran Lingkungan  (Sampah ).
Untuk menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di Asrama Putra Nusantara II. Alasan kami mengambil tempat di UPP 2 karena di tempat ini juga terlihat adanya sampah yang bertebaran dimana-mana dan banyak sekali sampah yang menumpuk dan juga minimnya tempat sampah. Dari sini kami ingin melihat lebih dalam mengenai permasalahan sampah di tempat ini. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan formulasi judul: “Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah di Asrama Putra Nusantara II Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo”.
1.2  Identifikasi Masalah
Bertepatan dengan penulis yang tinggal di asrama putra, ketika melihat kenyataan yang ada di asrama putra nusantara II, penulis melihat gejala yang sangat memprihatinkan di sekitar asrama, yaitu salah satu tempat tinggal yang dikhususkan untuk mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo yang ternyata di dalamnya masih ada bertebarannya sampah-sampah.
1.3  Rumusan Masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.                  Bagaimana keadaan kebersihan di Asrama Putra Nusantara II ?
  1. Apa yang menjadi faktor penyebab bertebarannya sampah di Asrama Putra Nusantara II ?
  2. Bagaimana peranan penghuni asrama dalam mengatasi sampah di Asrama Putra Nusantara II ?
1.4  Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui keadaan kebersihan di Asrama Putra Nusantara II.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan bertebarnya sampah di Asrama Putra Nusantara II.
3.    Untuk mengetahui peranan penghuni asrama dalam mengatasi sampah di Asrama Putra Nusantara II.
1.5  Manfaat Penulisan
1. Bagi Penghuni asrama dan mahasiswa, untuk memberikan kesadaran pada mereka betapa pentignya menjaga kebersihan lingkungan agar tidak tercemar.
2. Bagi Pembina asrama, dengan adanya penulisan makalah ini dapat membantu Pembina untuk mengarahkan penghuni asrama dalam mengelola asrama.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh Al-Khalik penciptanya. Makhluk hidup yang namanya manusia, baru dilahirkan sekitar satu atau dua juta tahun tahun yang lampau setelah segala sumber daya tersedia dan setelah ruang bumi ini tercipta. Dalam Buku Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Teknologi karya Prof. Dr. H. Nursid Sumaatmadja disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling pengaruh mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi tingkat berbagai penguasaan teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan alam di dunia ini sangatlah bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di sini terlihat bahwa manusia merupakan komponen biotik  lingkungan yang paling aktif. Karena manusia secara aktif dapat mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala. Manusia mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari Lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan. Maka berarti semakin besar perhatian manusia terhadap Lingkungan. Manusia merupakan Makhluk paling aktif dalam mengubah tatanan pada lingkungan. Manusia bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, karena perbuatan manusialah lingkungan menjadi berubah dan kadang menjadi marah karena dirusaknya lingkungan. Hubungan manusia dengan lingkungan memang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang Manusia bergantung kepada alam dan ada juga alam yang bergantung pada manusia.
2.2    Ekosistem
Yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan dimana manusia merupakan bagian integral dari ekosistem tempat hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu komunitas Biota yang berinteraksi dengan Lingkungan fisiknya dan saling pengaruh mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri dari bagian-bagian dnegan fugnsi-fungsi tertentunya. Dan untuk menunjang fungsi-fungsinya itu dioperlukan sumber energi. Setiap species menyesuaikan diri dengan tugas tertentu dalam ekosistem dan berfungsinya ekosistem bergantung kepada adanya kombinasi spesies yang sesuai dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu di dalam seluruh system.
Peranan manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab Lingkungan hidup masnuia tidak hanya terbatas pada sarana fisik kimia dan biologis saja tetapi termasuk pula di dalamnya persoalan ekonomi, sosio budaya dan agama. Segala macam perubahan dalam lingkungan hidup manuisa, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap dirinya.


2.3    Polusi
Yang dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Terjadinya polusi atau pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat aktifitas manusia yang berlebihan dan tidak terkontrol yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, air dan udara. Yang akibatnya akan mengancam kelestarian Lingkungan.
2.4    Sampah
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).  Soewedo   (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.   Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2.    Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Pemusnahan sampah
Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :
a. Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.
b. Pengkomposan.
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan kebakaran.

d. "Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Pemanfaatan Sampah
1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak
2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur Ulang                            
Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.










BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Keadaan Kebersihan di Asrama Putra Nusantara II
Asrama Putra Nusantara II merupakan salah satu asrama yang masuk kedalam beberapa asrama yang ada di Gorontalo yang berada di bawah pengawasan lembaga atau kampus Universitas Negeri Gorontalo. Sudah selayaknya asrama ini baik dalam berbagai hal, baik itu kepengurusan lingkungan dan kesehatannya. Namun tidak disangka ternyata asrama yang merupakan salah satu asrama yang sebelumnya menjadi asrama terbaik kepengurusan pengurusnya ini ternyata kotor dan kurang sehat keadaan lingkungannya. Bangunannya yang sudah lama mempengaruhi kotornya keadaan lingkungan asrama saat ini. Sekilas kalau kita lihat keadaan lingkungan UPP 2 ini, itu bersih namun kalau kita lihat lebih kedalamnya, kesudut-sudut UPP 2, di dalam blok, got-got dan belakang-belakang asrama bertebaran sampah dan bahkan menumpuk. Sebenarnya apa yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kurang sigapnya para Seksi  kebersihan UPP 2 ataukah para penghuni asrama UPP 2 yang kurang tanggap akan hal ini. Setelah penulis meneliti dan melakukan wawancara kepada pengurus asrama yang saat ini diketuai oleh kak Fandi H. Bingo. Penulis menanyakan kebersihan Lingkungan UPP 2 dan harapan yang diinginkan Mahasiswa terhadap Lingkungan UPP 2. Jawaban beliau adalah 93% lingkungan UPP 2 jelek alasannya adalah kurang tanggapnya penghuni asrama terhadap hal ini.
Selain itu alasan lainnya adalah tidak banyak tersedianya tempat sampah. Seharusnya tempat sampah tersedia diberbagai sudut sekarang ini hanya beberapa saja. Ketika para mahasiswa atau penghuni asrama ini ingin membuang sampah pada tempatnya dan ditempat itu tidak ada tempat sampah mereka malah menyimpan dan membuangnya di bawah pohon dan di got-got ada juga yang menghambur-hamburkannya didalam blok mereka.
Memang keadaan ini sangat memprihatinkan, kalau saja sarana itu menunjang serta adanya kesadaran penghuni asrama, pastilah keadaan UPP 2 tidak seperti sekarang ini. Keadaan yang kotor dan bau. Tidak hanya sampah yang menjadi fenomena di UPP 2 ini, hal lain yang sangat nampak adalah tidak terawatnya WC. WC yang ada di UPP 2 sangat tidak layak, bau dan kotor. Sebagai contoh kami melakukan Inspeksi kedalam kamar mandi yang ada di semua blok, ternyata sangat bau dan kotor, dan di dalamnya pun tidak terlewatkan sampah bertebaran yang berupa kulit sabun dan lainnya. Kenapa sampah lagi sampah lagi? Ternyata jawabanya adalah di kamar mandi pun tidak ada tempat sampah dan tidak ada sama sekali kesadaran penghuni. Seandainya ada tempat dan penghuni memiliki kesadaran akan hal itu, sampah pasti tidak akan berceceran yang namanya tisu, puntung rokok, pembalut dan yang lainnya didalam WC dan kamar mandi.
Sungguh memprihatinkan keadaan Lingkungan yang yang ada di UPP 2 ini sebagai asrama kampus yang seharusnya menjaga kesehatan lingkungan malah kotor dan bau. Bagaimana mau menciptakan Kota Gorontalo yang bersih kalau lingkungan asramanya saja kotor dan banyak sampah. Memang tidak satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi banyak faktor yang menjadi kendala, selain yang telah disebutkan diatas tadi faktor lainnya adalah kurang adanya partisifasi aktif dari penghuni untuk menangani hal ini. Belum terlihat banyak pengurus atau bahkan penghuni yang bersedia membuat tempat sampah.
3.2  Faktor-Faktor yang Menyebabkan Bertebarannya Sampah di Asrama Putra Nusantara II.
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi kebersihan lingkungan asrama UPP 2 sekarang sudah terkontaminasi oleh masalah sampah dan kotoran lainnya yang menyebabkan lingkungan UPP 2 menjadi kotor dan tidak terawat. Hal didorong oleh banyak hal diantaranya adalah :
1. Kurang tersedianya tempat sampah yang memadai dan kelayakannya untuk dipakai.
Tempat sampah merupakan hal yang penting dalam menangani merebaknya sampah di setiap tempat. Kurangnya tempat sampah sering menjadi kendala menumpuknya sampah di berbagai tempat. UPP 2 sebagai asrama lembaga kampus seharusnya memiliki kesadaran untuk menyediakan tempat sampah yang memadai. Namun tidak dapat dipungkiri lagi ternyata ketersediaan tempat sampah di kampus sangatlah minim. . Penulis memperoleh data, minimnya tempat sampah di asrama UPP 2 ini dengan turun langsung di asrama untuk mewawancarai ketua pengurus asrama mengenai ketersediaan tempat sampah di Lingkungan UPP 2 dan beliau menjawab bahwa tempat sampah yang ada di UPP 2 paling tinggi hanya dua buah. Hal ini wajar kalau lingkungan UPP 2 dipenuhi dengan sampah dan kotoran lainnya. Ada alasan mereka yang paling menonjol tidak membuang sampah tidak pada tempatnya yaitu karena mereka ketika mau membuang sampah dan ditempat yang bersangkutan tidak ada tempat sampah. Selain itu, menurut beberapa penghuni, yaitu karena kesengajaan oleh penghuni untuk membuang sampah sembarangan.
Minimnya tempat sampah dilingkungan UPP 2, telah menjadi kendala yang nampak dalam mengatasi masalah sampah di UPP 2.  Selain minimnya tempat sampah yang ada di sekitar asrama UPP 2, faktor lain yang menjadi penyebab adalah kurang layaknya tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat sampah tampak tidak terawat dan rusak. Hasil pemantauam langsung penulis di di tiap blok juga menunjukkan bahwa keadaan tempat sampah sudah tidak layak. Tempat sampah sudah rusak dan bolong-bolong. Bahkan ada blok yang tidak sama sekali memiliki tempat sampah. Jadi ketika sampah menumpuk langsung keluar dan tetap saja bertebaran di sekitar blok. Di depan blok juga terlihat karena tidak tersedianya tempat sampah yang memadai, sampah-sampah bertebaran di got-got dan aromanya sangatlah bau sehingga menimbukan kesan kumuh.
2.      Kurang kesadaran diri
            Ketika penulis melakukan wawancara dengan masing-masing koordinator tiap blok, respon dari koordinator blok, kami peroleh data, bahwa 21 % telah membuang sampah pada tempatnya. Berarti 79% penghuni asrama yang tidak membuang sampah pada tempatnya. Namun ada hal lain yang membuat saya bingung dan aneh. Ternyata masih banyak juga yang tidak membuang sampah tidak pada tempatnya. Mereka sembarangan membuang sampah di got-got, memang ditempat itu tidak tersedia tempat sampah. Namun tidak salah juga mereka kumpulkan sampah itu untuk dibakar. Banyak Mahasiswa yang belum sadar akan hal ini.
            Dari 20 % penghuni yang sudah membuang sampah pada tempatnya ada yang beralasan mereka sadar akan lingkungan ada juga yang membawa landasan, kebersihan sebagian daripada Iman. Responden sebagiannya yang belum membuang sampah pada tempatnya mereka sebenarnya sadar akan kebersihan namun mereka jarang melihat tempat sampah di tempat yang bersangkutan dan sengaja membuang sampah senbarangan. Ketersediaan tempat sampah memang harus ditunjang dari berbagai pihak. Karena pemecahan masalah tidak akan berhasil kalau hanya dilihat dari satu pihak saja. Di asrama UPP 2 belum terlihat kesadaran yang nyata dari pihak-pihak yang bersangkutan. Misalkan saja pihak lembaga, Pembina, Penanggung jawab bahkan pengurus asrama belum menampakan keseriusannya dalam mengatasi masalah ini. Baru beberapa orang saja yang sadar akan ini itu pun hanya dari sebagian kecil penghuni.
3.      Belum ada aturan yang melarang pembuangan sampah.
            Memang aturan menjadi faktor lain yang mendukung terciptanya lingkungan yang sehat dan aman. Aturan yang tegas belum berlaku di Asrama UPP 2 ini. Tidak adanya aturan yang melarang pembuangan sampah sembarangan menyebabkan penghuni secara bebas membuang sampah pada tempatnya. Di UPP 2 baru ada slogan-slogan saja yang sudah lumrah ada yaitu buanglah sampah pada tempatnya. Tapi hanya terlihat satu slogan saja yang tertempel di salah satu pintu blok. Di blok lain belum terlihat. Banyak penghuni yang suka menyalahkan arti slogan itu ketika mereka tahu harus membuang sampah pada tempatnya mereka membuang sampah di tempat ketika mereka menghabiskan makanannya dan mereka mebuang sisanya ditempat itu. Perlukah kiranya mengadakan sebuah aturan yang tegas mengenai masalah sampah di UPP 2 ini sehingga akan memunculkan suatu keadaan yang bersih dan nyaman. Selama ini kita sering menjumpai slogan-slogan seperti kebersihan sebagian dari iman, buanglah sampah pada tempatnya dan lain-lain namun ternyata kenyataan yang kita temui dilapangan justru sebaliknya. Sampah ada dimana-mana, kondisi ini terjadi karena beberapa alasan atau faktor-faktor tertentu. Bisa saja keadaan ini terjadi karena kurangnya kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya atau justru tempat sampahnya yang tidak ada, suatu keadaan yang ironis sekali. Keadaan ini harusnya diperbaiki dengan adanya aturan yang jelas mengenai sampah selain itu perlu pula disediakan tempat-tempat sampah diberbagai tempat serta menumbuhkan sikap kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
            Belum adanya aturan di Asrama Putra Nusantara II karena kurang aktifnya pengurus dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi yang lebih berperan yaitu bidang kebersihan. Ini juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pencemaran yang terjadi di Asrama Putra Nusantara II.
3.3 Peran Penghuni Asrama dalam Mengatasi Masalah Sampah Di Asrama Putra Nusantara II.
     Penghuni mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan kebersihan lingkungan di wilayah sekitar asrama UPP 2 ini. Mengapa harus penghuni?
     Karena semua penghuni asrama UPP 2 ini merupakan warga asrama yang menempuh pendidikan di kampus UNG. Dari penghuni atau warga asramalah sebagian besar sampah dihasilkan dan dari penghunilah seharusnya timbul kesadaran untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan yang bersih dan terawat.
     Menurut kak Fandi Bingo, ketua asrama UPP 2, sampah di asrama bisa diolah dengan membakar sampah-sampah yang bertumpuk disekitar asrama. Untuk sampah yang tidak bisa dibakar, dikumpul untuk dijemput oleh truk sampah. Selain itu, penghuni asrama harus diarahkan dan diwajibkan untuk bekerja bakti seminggu sekali. Kerja bakti ini dilakukan dengan membersihkan sampah-sampah yang ada di lingkungan asrama.
     Tidak lepas juga aturan di Asrama harus diaktifkan kembali terutama mengenai kebersihan lingkungan asrama. Dengan ini maka penghuni asrama akan menjaga kebersihan asrama. Selain itu, diperbanyak juga tempat sampah yang ada di asrama agar penghuni mudah untuk membuang sampah dan tidak perlu menghamburkan lagi sampah di lingkungan asrama.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
            Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai keadaan Lingkungan di Asrama Putra Nusantara II sebagai salah satu asrama putra di Indonesia memiliki masalah dengan lingkungannya, hal ini diakibatkan oleh beberapa factor yang menjadi penyebab kurang sehatnya lingkungan UPP 2. Penyebab pertama adalah minimnya tempat sampah yang ada di asrama UPP 2, kurangnya kesadaran diri dan tidak adanya hukum yang tegas.
            Disini terlihat, bahwa faktor-faktor itu mengarah kepada hal ekonomis, psikologis, agama, dan hukum. Karena yang menjadi sorotan dalam kali ini adalah penghuni dan perangkat lainnya maka hal-hal tadi juga berkaitan dengan penghuni dan lainnya. Minimnya tempat sampah yang ada di UPP 2 ini terjadi tidak hanya kurang maunya pihak tertentu mengadakan tempat sampah namun hal ini juga berbenturan dengan dana. Dan dana tidak dapat di cari karena pengurus asrama yang tidak jelas. Tiap blok sepertinya enggan mengeluarkan dana untuk pengadaan tempat sampah. Faktor kedua adalah faktor psikologis dari para penghuni, karena kebiasaan penghuni jika tidak ada tempat sampah maka mereka membuang sampah sembarangan tidak menyimpannya untuk sementara waktu menunggu tempat sampah ada. Mereka karena terbiasa maka langsung dimasukan kedalam got-got atau hanya menghamburkan begitu saja. Hal ini terlihat langsung oleh penulis ketika melakukan penelitian tentang sampah di UPP 2 ini. Hal lain yang menjadi kendala adalah belum adanya hukum yang tegas dalam mengatasi masalah ini. Maka penghuni bisa secara bebas membuang sampah tidak pada tempatnya.
4.2  Saran
Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada di UPP 2 khususnya masalah lingkungan yang berkaitan dengan sampah, ada beberapa solusi yang kami tawarkan sesuai dengan permasalahan yang timbul, yakni :
1. Untuk Pembina asrama agar kiranya melakukan penekanan kepada pengurus untuk dapat mengkoordinir penghuni asrama untuk menjaga kebersihan.
2. Untuk pengurus agar secepatnya membentuk atau mengaktifkan kembali pengurus agar aturan dapat dijalankan, terutama aturan mengenai menjaga kebersihan asrama.
3. Untuk penghuni asrama, diharapkan memiliki kesadaran diri untuk menjaga kebersihan lingkungan disekitar asrama putra nusantara II.





DAFTAR PUSTAKA

Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. Manusia, Alam Dan Lingkungan. Jakarta: Depdikbud.
Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup Dan Kelestariannya. Bandung: Alumni..
http://www.jala-sampah.or.id/index.htm
           
           









LAMPIRAN
Tabel Hasil Wawancara
NO
1
Pertanyaan
Bagaimana menurut anda keadaan kebersihan lingkungan di sekitar asrama UPP 2 ?
Deskiptor
Bagus
Jelek
%
7
  93

2
Sudahkah anda melihat penghuni asrama membuang sampah pada tempatnya?
Sudah
Belum
  79
  21

3
Seringkah anda melihat tempat sampah disekitar asrama UPP 2 ?
Sering
Jarang
Tidak sama sekali
8
87
5

4
Bagaimana menurut anda keberadaan tempat pembuangan sampah di sekitar asrama UPP 2 ?
        Banyak
Jarang
   3
97

5
Bagaimana keadaan tempat pembuangan sampah yang sudah ada di sekitar srama UPP 2 ?
        Layak
Tidak layak
  16
84




Gambar-gambar
A. Sampah di got-got
B. Sampah di samping Blok
 
 
            



C. Sampah di WC